Kenteng adalah kampung atau dukuh yang berada dalam wilayah pemerintahan Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo yang sangat terkenal dengan kerajinan sarung tenun goyor. Tetapi dukuh-dukuh yang berada di sekitar kenteng juga menjadi sentra
pembuatan sarung ini. Seperti dalangan, karangturi, dan jetis.
Tradisi tenun ikat ini sudah berkembang sejak tahun 1950 an yang
diwarisi secara turun temurun hingga sekarang. Namun perkembangan teknologi yang
semakin maju dari waktu ke waktu menjadikan produksi tenun ikat di daerah
tawangsari ini menurun. Hal tersebut
disebabkan karena terbatasnya generasi penerus tenun ikat didaerah tawangsari dan
meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat sekarang ini. Persaingan pasar yang semakin ketat menjadikan pentingnya peran desain tekstil dalam
pengembangan motif tenun ikat di Dukuh Kenteng ini. Sehingga mampu mengangkat kembali tradisi tenun ikat ini dengan trend yang lebih modern dan dapat memenuhi
selera konsumen yang semakin beragam.
Pesona keindahan karya tenun ikat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peminatnya, namun yang tidak kalah menarik adalah proses pengerjaannya yang masih menggunakan alat tenun tradisional. Di dukuh ini para pengrajin biasanya masih dalam satu ikatan
keluarga. Sehingga suasana kekeluargaan begitu kental terasa.


1. Motif Tirto

Tirto dalam bahasa jawa yang berarti air. Desa pojok Tawngsari ini
dikelilingi beberapa sungai kecil yaang mengitari persawahan maupun
rumah rumah penduduk sekitar. Dalam motif tirto ini memilki makna dimana
perajin melihat bahwa aliran air di sungai memberikan suasana yang
tenang untuk dilihat. Dari gemercik air tersebut menjadikan pengalaman
estetika tersendiri bagi perajin dalam menghadirkan motif tirto kedalam
sarung goyor ini.
2. Motif Buketan

Motif buketan dari asal kata
buketan yang berarti rangkaian bunga. Dalam motif buketan ini memilki makna filosofi yang berhubungan dengan
sistim kehidupan masyarakat setempat. Perajin melihat bahwa suatu rangkain
bunga atau buketan adalah sesuatu yang indah untuk dilihat dan bisa
menyenangkan hati orang yang melihatnya. Karena pengalaman estetiknya tersebut
maka perajin ingin menjadikan sarungnya seperti rangkaian bunga yang pernah
dilihatnya menjadi sesuatu yang indah dan menyenangkan
yaitu dengan cara memberi motif pada sarung dengan gambar rangkaian bunga atau
buketan.
3. Motif Ceplok Yuyu

Motif yang lain adalah motif ceplok yuyu. Seperti namanya, yuyu
adalah nama jawa dari hewan kepiting sawah. Dalam motif ini juga menggambarkan
yuyu atau kepiting sawah yang tertata berbentuk ceplok-ceplok. Sumber ide dari
pembuatan motif ceplok yuyu ini juga hapir sama dengan motif buketan. Karena
latar belakang kehidupan para perajin sarung goyor adalah petani padi, maka
aktifitas kesehariannya juga sering di sawah. Dan di sawah inilah mereka hampir
setiap saat menjumpai kepiting. Karena bentuk hewan tersebut menarik bagi para
perajin, maka mereka mencoba menggambarkan hewan tersebut kedalam bentuk motif
sarung goyor.
0 komentar:
Posting Komentar